Ilustrasi Gambar |
Faridh Syahbani Rangkuti yang akrab disapa Idun merupakan laki-laki yang lahir di Jambi pada 22 Oktober 2003 yang gemar berolahraga basket. Awal mula ketertarikannya timbul untuk menghafal Al-Qur’an ketika menginjak kelas 1 MTs dan berlangsung hingga kelas 3 Aliyah yang pada saat itu sedang menjalani mondok di salah satu Pondok Pesantren di Tangkib.
Masih teringat dengan jelas ujar Idun, ketika ia masih kelas 2 MTs, almarhumah ibunya pernah berpesan untuknya memulai menghafal Al-Qur’an dan tepat saat itu ia memulainya dari surat Al-Waqi’ah. Setelah ia selesai menghafal surat Al-Waqi’ah hatinya mulai tergerak untuk serius menghafal Al-Qur’an dan pada saat itu mencoba menghafal juz 30. Seiring waktu berlalu, terus menerus ia mencoba melanjutkan menghafal dari juz 1 sampai juz 8. Ketika memasuki kelas 3 Aliyah dan pada saat itu sedang adanya ujian akhir, Syahbani jarang muraja’ah karena kesibukannya selama kurang lebih empat bulan untuk mempersiapkan ujian akhirnya, dari sanalah hafalan-hafalan yang sudah coba ia tampung perlahan memudar akibat kesibukan dan jarang muraja’ah.
Akhirnya ia pun lulus dari pondok tersebut dan pada saat itu pula ia mencoba memberanikan diri mendaftar ke salah satu universitas Islam ternama di dunia yaitu Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Berbagai persyaratan administrasi dan berbagai seleksi lainya ia ikuti dan Alhamdulillah ia dinyatakan diterima sebagai calon mahasiswa Al-Azhar. Sayangnya pada saat itu Syahbani diterima sebagai mahasiswa reguler bukan dengan beasiswa. Dengan berat hati ia tidak jadi untuk bisa berkuliah di Al-Azhar.
Sempat merenung beberapa saat dan pada saat itu secara kebetulan temannya memberi tahu bahwa ada salah satu lembaga tahfizh Al-Qur’an yang berada di kota Bandung yaitu HAQIN. Ia pun terus menggali informasi dan akhirnya ia mencoba mendaftar jalur beasiswa dan Alhamdulillah atas izin-Nya ia dinyatakan lolos sebagai calon santri di HAQIN dengan menggunakan beasiswa. Pada 25 Juli 2021 ia merantau ke Bandung untuk melakukan karantina dan secara jasmani maupun rohani sudah siap untuk mengikuti berbagai aturan yang telah ditetapkan oleh lembaga. Perjalanan demi perjalanan Syahbani lalui untuk menjadi seorang hafizh, pada 15 Januari 2022 Alhamdulillah ia bisa mengkhatamkan 30 juz dalam kurun waktu 43 hari dan setelah itu ia mentasmi’kannya sebanyak 10 juz dalam sekali duduk.
Memang tidaklah mudah berproses menjadi seorang hafizh, berbagai cobaan sering menghampiri Syahbani seperti ia sering merasa kesulitan karena mengharuskannya untuk terbiasa dalam menghafal. Selain itu, ngantuk menjadi salah satu faktor yang cukup menghambat perjalanan menghafalnya. Ia hanya berpesan pada dirinya bahwa yang paling penting adalah target perhari.
Syahbani yang memiliki ketertarikan terhadap para syekh yang melantunkan ayat tanpa melihat Al-Qur’an secara langsung menjadi salah satu motivasi dalam menghafal. Banyak sekali nilai-nilai yang didapatkan ketika menghafal seperti dalam menjalankan sebuah kegiatan dan menghadapi berbagai problem atau masalah selalu dimudahkan karena keyakinan ketika dekat dengan Al-Qur’an, begitupun dalam menjalani hari-hari Syahbani merasakan kemudahan dan begitu ringan.
Sebuah pengalaman sederhana dalam perjalannya menghafal, ia pernah menginginkan sebuah roti yang waktu itu pedagangnya berada di depan asrama. Dalam hati ia berbicara ingin membelinya, akan tetapi pada saat itu ia tidak memiliki uang dan memang ia sedang berpuasa. Tiba-tiba secara ajaibnya tukang roti tersebut datang menghampirinya dan memberikan dia sebuah roti. Itulah sepersekian nikmat yang Allah berikan secara nyata dan penuh keajaiban bagi mereka yang mengimani dan menjaga kalamullah.
Sesungguhnya Allah itu ada pada prasangka hambanya, apa yang selama dipikirkan dan dihajatkan harus disandingkan dengan Allah dan selalu husnudzan terhadap apa yang terjadi menimpa kita, Insyaallah hal tersebut akan menjadi jalan hajat kita terkabul.
Jangan lupa untuk selalu ingat salah ayat dalam Al-Quran, Qs. Al-Baqarah ayat 286.
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Dikutip dari seorang santri Hafizh Quran Indonesia, Faridh Syahbani - Jambi