"Menghafal itu bukan karena mampu ataupun potensi, namun
karena kemauan dan kesungguhan. Bukan hanya nekat, tapi juga tekad yang kuat.
Tak ada hasil indah yang di dapat dengan mudah, maka
bersungguh-sungguhlah."
Itulah kalimat pendorong yang membuat Rizkia, 18 tahun, asal Depok, mendapatkan title Al-Hafizhah di belakang namanya.
Ingin menjadi Ahlul Qur'an dan Ahlullah, ucapnya ketika ditanya alasannya. Meski berat, harus meninggalkan sekolahnya yang tinggal sebentar lagi selesai, dan juga meninggalkan keluarga untuk menghafal Al-Qur'an, tetap dijalani Rizkia dengan tegar.
Ia memutuskan untuk pergi ke Bandung, mendaftarkan diri untuk mengikuti Karantina 6 Bulan Hafizh Qur'an 30 Juz.
Alhamdulillah, dengan bekal hafalan yang dimilikinya, Rizkia diterima menjadi santri. Namun, bukan berarti ia dapat menjalani hari-harinya dengan mudah di Ma'had Hafizh Qur'an Indonesia.
Tubuh yang mudah sakit dan gaya belajar auditori yang tinggi membuatnya kesulitan beradaptasi, sehingga seringkali dia pulang untuk berobat pada fase tilawah, bahkan sempat mengalami gejala tifus.
Disaat dia seharusnya menyelesaikan hafalan Al-Qur'an sesuai target yang ditentukannya, Allah mengujinya dengan penyakit yang membuatnya terbaring di atas tempat tidur.
Namun, dengan motivasi dan tekad yang kuat, kesungguhan dan keyakinannya pada Allah Swt, Allah memudahkan proses hafalan Al-Qur’annya.
MasyaaAllah, dalam kondisi tubuh yang masih dalam proses pemulihan, Alhamdulillah setoran terakhirnya lebih dari 1 juz, dan hari itu tanggal 7 Mei 2019 Rizkia berhasil mengkhatamkan setorannya dalam waktu 47 hari
Subhanallah, walhamdulillah, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan keistiqomahan untuk Rizkia dan kepada orang tua yang terus berdoa tiada henti, dan para Asatidz yang selalu membimbing. Semoga pahala Qur'an terus mengalir kepada para donatur dan muzakki yang telah menyisihkan sebagian hartanya untuk program ini.
***
Rizkia Fadila Rahma