Akhirnya di tahun 2020 aku mampu menyelesaikan pendidikan SMA dengan berbekal hafalan sebanyak 5 Juz. Memang hafalanku masih tidak banyak, tapi setidaknya aku mampu untuk menghafal Al-Qur’an selama aku menginjak bangku SMA dengan mengandalkan kegiatan Tahfizh yang diadakan oleh pihak sekolah.
Dalam hati ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Impianku dapat masuk menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik di Indonesia yaitu ITB. Bagiku pendidikan formal khususnya di universitas itu sangat penting. Menuntut ilmu merupakan salah satu amal ibadah yang dapat kita lakukan. Selain bermanfaat untuk pribadi sendiri, ilmu juga dapat diamalkan sehingga bermanfaat bagi orang lain juga.
Awal Mula Jalan Menjadi Penghafal Qur’an
Memasuki tahun 2020 yaitu tahun yang terasa sulit untuk mayoritas orang karena wabah virus Corona. Waktu itu bertepatan dengan tahun kelulusan dan harus mulai mempersiapkan untuk ujian masuk universitas (UTBK). Tetapi, karena banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah sehingga jadwal UTBK terus mundur hingga Bulan Juli. Meningkatnya kasus Covid-19 sehingga masyarakat lebih waspada dengan segala bentuk aktivitas di luar.
Lalu beberapa bulan sebelum UTBK, aku memanfaatkan waktu tersebut untuk mencari info tentang lembaga tahfizh. Dalam lubuk hati yang terdalam memang sudah ada keinginan untuk menjadi penghafal Qur’an. Saat dibangku SMA aku juga mengikuti kegiatan tahfizh yang diadakan sebanyak 1 kali per pekan. Selama aku mengikuti kegaiatan tersebut, Alhamdulillah hafalanku bertambah hingga 5 Juz. Mungkin ini salah satu jalan yang diberikan Allah Swt. untuk menjadi penghafal Qur’an.
Awal mula saat mencari info untuk mendaftar ke lembaga tahfizh itu seperti takdir. Di akun instagram tiba-tiba muncul iklan tentang lembaga HAQIN. Lalu mulai lihat-lihat brosurnya dan tertarik untuk mendaftar. Lalu mencoba mendaftar ke dua tempat yaitu HAQIN dan lembaga tahfizh lain yang berlokasi di Bogor. Aku pikir peluang lolos di lembaga tahfizh di Bogor itu sanngat besar karena pendaftarnya itu hanya sekitar 30 orang dan yang akan terpilih itu 10 orang. Maka peluangnya yaitu 1:3 dan kupikir sangat besar kesempatan untuk lolos. Sementara di HAQIN peminatnya sangat banyak yaitu pendaftarnya mencapai ribuan.
Secara pribadi sangat pesimis untuk bisa lolos di HAQIN yaitu tidak ada latar belakang pendidikan islam sebab selama 12 tahun sekolah itu sekolah negeri biasa. Terbukti aku merasa kesulitan saat tes tajwid karena ilmu dasar saja yang dipelajari di sekolah dan kurang mendalami juga tentang ilmu tajwid. Akhirnya aku dalam hati berkata “Bismillah aja, kerjakan sebisanya yang penting dapat tuntas”. Qadarullah, karena mungkin sudah rezeki dapat lolos, walaupun berbagai kesulitan yang dialami akhirnya diberi jalan oleh Allah Swt. untuk menjadi penghafal Qur’an.
Perasaan Campur Aduk Ketika dihadapkan Dua Jalan
Sewaktu mendengar pertama kali bahwa lolos menjadi salah satu santri di HAQIN yaitu sangat terharu karena salah satu impian saya menjadi penghafal Qur’an. Sontak saat itu juga terkejut karena dengan pendaftar yang mencapai ribuan, saya mampu menjadi salah satu bagian dari HAQIN dengan program beasiswa. Respon kedua orang tua juga setelah mendengar kabar tersebut langsung sujud syukur karena saking senangnya. Jika dilihat lebih dalam lagi mungkin ini salah satu cara Allah Swt. memberi kemudahan agar aku bisa menjadi penghafal Qur’an.
Karena pengumuman penerimaan santri baru (PSB) di HAQIN lebih awal. Lalu selang beberapa bulan kemudian aku mendapat kabar bahwa sudah ada pengumuman hasil dari ujian masuk universitas. Ternyata aku diterima di salah satu universitas terbaik di Indonesia yaitu ITB. Pada saat itu perasaan campur aduk yaitu senang sekaligus sedih juga, tapi aku pikir kesempatan menjadi penghafal Qur’an itu kesempatan emas yang belum tentu di masa depan aku dapat. Akhirnya aku relakan ITB demi menjadi penghafal Qur’an. Karena ini adalah takdir yang ditetapkan Allah Swt. kepadaku, maka aku mantapkan hati dan memilih jalan untuk menjadi penghafal Qur’an.
Kupikir untuk melanjutkan pendidikan di universitas itu masih banyak kesempatan di depan sana. Tapi kesempatan untuk menjadi penghafal Qur’an belum tentu ada kesempatan kedua apalagi ketiga. Dan aku pun masih punya beberapa tahun ke depan untuk mendaftar kuliah. Aku tidak jadikan menghafal Qur’an menjadi penghalang justru aku manfaatkan setiap kesempatan yang datang.
Hikmah dibalik Semua Peristiwa
Secara pribadi aku sangat bersyukur yaitu Allah Swt. memberi saya kemudahan dan jalan untuk menjadi penghafal Qur’an. Selain menjadi amal ibadahuntuk diri sendiri, aku juga dapat memberikan syurga dan mahkota kepada orang tua di akhirat nanti. Selama berada di HAQIN selama 14 bulan aku mendapat banyak sekali pengalaman yang belum tentu didapatkan di tempat lain. Jika waktu itu aku langsung meneruskan ke universitas, mungkin hari ini aku akan disibukkan dengan tugas dan organisasi. Dan akhirnya aku lupa dan tidak punya waktu untuk menghafal Qur’an, yang mana hal tersebut merupakan keinginan sejak bangku SMA.
Ternyata di balik peristiwa yang ada saya mampu menjadi pribadi yang bepikir dahulu sebelum membuat keputusan. Terasa saat lulus dari HAQIN dan merasa bahwa ITB kurang cocok dengan passionku. Alhamdulillah di bulan September 2021 dapat lulus dari HAQIN dan ternyata waktu itu untuk mendaftar universitas sudah terlambat. Akhirnya di tahun 2022 saya mencoba mendaftar lagi dengan persiapan yang lumayan sulit karena harus mengingat pelajaran sewaktu SMA dulu.
Akhirnya mencoba mendaftar ke beberapa universitas salah satunya yaitu IPB, Unpad, UI dan UGM. Qadarullah lewat jalur mandiri saya diterima di 3 universitas dan saya memilih IPB karena merasa cocok dengan passionku. Mungkin ini cara Allah Swt. menunjukan kuasanya dengan diberi kemudahan dan ke depannya akan ada banyak jalan yang menunggu.
Pengalaman Hidup Dapat Mengubah Mindset Seseorang
Pasti pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan “Jika mengejar akhirat, dunia pasti akan mengikuti”. Setelah saya menjalani beberapa pengalaman hidup sampai hari ini, menurut pedapat pribadi pepatah itu mungkin kurang cocok mindsetku. Bukan berarti dengan mengejar akhirat contohnya menjadi penghafal Qur’an, secara otomatis dunia pasti akan mengikuti misalnya dengan kesuksesan tanpa usaha. Jangan merasa bahwa menjadi penghafal Qur’an segala urusan di dunia akan dimudahkan begitu saja. Karena niat awal menjadi penghafal Qur’an karena Allah Swt. Bukan semata-mata ingin dimudahkan segala urusan dunia, karena pada dasarnya manusia memiliki masalahnya masing-masing. Dan untuk urusan dunia dan akhirat kita harus sama-sama beriktiar untuk mendapatkannya.
Maka niatkan dalam hati bahwa menjadi pengahal Qur’an itu karena Allah Swt. Sehingga setelah selesai pendidikan hafizh kita masih tetap menjadikan Al Qur’an adalah kebutuhan karena merupakan pedomana hidup. Jika mengharapkan untuk mendapatkan gelar dan sertifikatnya maka ilmunya sayang karena tidak kita amalkan. Karena Al Qur’an adalah pedoman hidup kita dan inshaallah ke depannya dengan berpegang pada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup maka tidak akan tersesat di dunia maupun di akhirat.