Aku adalah seorang pemuda kelahiran Sapeken Jawa timur. Ulum, begitulah orang-orang memanggilku. Sejak Aku keluar dari pondok Pesantren Sidogiri, selesai mengemban tugas menjadi Guru di kota Jember Jawa timur pada tahun 2016 Aku melanjutkan langkah kakiku untuk berkelana mencari jati diri.
Singkat cerita, November 2016 sampailah Aku di Jakarta. Di kota
ini Aku tinggal bersama kakak sepupuku, sebutlah kak Yaumul. Di tempat beliau
Aku ikut menjaga toko herbal, jasa print, photo copy yang juga
menjual perlengkapan kantor. Aku tinggal di Jakarta sejak Tahun 2016 hingga
Tahun 2018.
Hari Rabu sebelum Aku berangkat ke Bandung, biasalah sekedar
main-main handphone, tiba-tiba Aku menerima pesan di grup yang Aku
ikuti. "Dicari 10 pemuda dan pemudi untuk menghafal Al-Qur'an"
Waaah, gumamku dalam hati, ini kesempatanku untuk mendalami dan menjadi bagian
dari para penghafal Al-Qur'an.
Akhirnya, ku ceritakan isi broadcast tadi kepada kakak
sepupuku, dan ku ungkapkan keinginanku untuk menjadi bagian dari orang-orang
yang berjuang menghafal Al-Qur'an. Alhamdulillah, beliau memberi arahan positif
dan ini semakin menguatkan tekad ku untuk mengikuti tes via online.
Broadcast yang ada di ponselku segera ku isi, dan ku share ke panitia penyelenggara via WhatsApp, Alhamdulillah menunggu beberapa hari, dan sampailah pada jadwal tes serta info kelulusan dari hasil tersebut.
Alhamdulillah Aku LULUS.
Berada di kota Bandung, Aku masih rindu suasana Jakarta. Suara pelanggan yang sudah tidak asing lagi ditelingaku, suara-suara pelanggan yang menyerukan pesanannya terngiang-ngiang di telingaku. Biasanya, waktu Aku jaga di toko itu, tak lepas dari kitab, karena memang Aku selalu merasa haus akan ilmu.
Braaaakkkk….
Tiba-tiba lamunanku buyar. Aku terkejut oleh teman seperjuanganku yang sama-sama menghafal Al-Qur'an.
Banyak cobaan yang Aku alami dalam menghafal Al Qur’an. Tepat bulan Agustus 2018, bubuk dan nenekku meninggal dunia. Ya Allah... sungguh dadaku terasa sesak, Al-Qur'an pun tak ingin melekat di hatiku kesedihanku. Ya Allah kuatkan hamba-Mu yang lemah ini, jadikan Al-Qur'an ini sebagai obat dari segala yang menimpa hamba. Hari-hari kemudian dipenuhi dengan basahnya lembaran Al-Qur'an yang kupegang.
Aku ingin pulang, tapi hafalanku belum tuntas.
Kebetulan hari itu ada yang bertamu ke asrama, sekalian Aku pinjam hp untuk video call bersama keluargaku yang di Pulau Paliat untuk melihat Jenazah nenekku.
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
Inilah salah satu pedoman yang membuat Aku bangkit dari kesedihanku.
Aku kembali menguatkan semangat juangku untuk terus berusaha menghafal lembaran-lembaran Al-Qur'an. Bahkan Aku rela tidur sebentar, bagaimana tidak, jam 21:00 Aku tidur, jam 01:00 Aku bangun untuk menghafal. Sebagai pemuda yang pantang menyerah.
Jam 07.00 pagi atau jam 08.00 Aku menyetorkan hafalanku semalam. Ini pola yang Aku pakai sewaktu menghafal Al-Qur'an. Seakan-akan pola seperti ini bershabat denganku.
Dan pada akhirnya,
Perjuangan itu SUNGGUH TIDAK PERNAH SIA-SIA.
Hari Rabu, 05 September 2018.
Aku telah menyelesaikan setoran hafalanku secara sempurna (30 juz). Sekali lagi
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Tentu saja Aku selalu kangen masa karantina di Hafizh Qur'an Indonesia
***