Ilustrasi |
"Menghafalkan Al-Qur'an, Saya harap dapat menjadi washilah untuk bisa melihat wajah-Nya kelak, sebagai bekal untuk kehidupan selanjutnya, sekaligus menjadi syafaat bagi Saya dan keluarga pada hari dimana tiada berguna harta dan tahta".
Dirasa takkan cukup bekal ketakwaan, bekal kematian, begitulah yang menggelayuti hati dan pikiran gadis kelahiran 1995 ini saat diujung perkuliahan. Maka Ia azzamkan, untuk berada dalam barisan para penghafal Al-Qur'an.
Zakiya pun berpacu dengan waktu, antara tugas akhir kuliah, amanah organisasi, serta kerja part time di SDIT sebagai ikhtiar mencari tabungan untuk mengikuti karantina Tahfizh di pulau Jawa jika telah lulus kuliah.
Berbekal keyakinan dan azzam yang kuat, November 2018 menjadi awal mula perjuangan Zakiya menghafal Al-Qur'an.
Fase tilawah dan ziyadah dilalui Zakiya dengan berat. Manajemen hati yang harus terus dikontrol, setoran yang mudah baginya namun belum dirasa ruhnya seringkali mengusik kesehariannya dalam menghafal, mengapa hatinya masih merasa belum tenang?
Sampai kemudian ia bermuhasabah dan meminta nasihat dan penyemangat dari musyrifahnya, dan memohon pada Allah SWT agar hatinya tiada merasa hampa dalam mengucap Kalam-Nya. Hingga akhirnya, Zakiya merasakan nikmatnya melafalkan Kalamullah, sehingga dalam tidurnya pun ia mengigau membaca ayat Al-Qur'an.
Alhamdulillah, pada hari Senin, 20 Mei 2019/15 Ramadan 1440 H, pada malam yang sudah larut, dihadapan Musyrifah ia menyelesaikan setoran hafalannya hingga surah An-Nas dalam waktu 59 hari, dengan hati yang bahagia akan kasih dan rahmat-Nya.
Subhanallah, walhamdulillah, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan, kedamaian, serta keistiqomahan untuk Zakiya dan kepada orang tua yang terus berdoa tiada henti, dan para Asatidz yang selalu membimbing. Semoga pahala Qur'an terus mengalir kepada para donatur dan muzakki yang telah menyisihkan sebagian hartanya untuk program ini.
Halimatuzzakiyah, Al-Hafizhah