Ilustrasi |
Menjadi siswa unggul tak membuat gadis kelahiran Tanggerang tahun 2000 ini, urung untuk menghafalkan Kalamullah. Meski ia sempat bimbang antara dua pilihan, kuliah dan mewujudkan mimpi-mimpinya, atau menghafal, mengharap mahkota cahaya untuk Almarhum ayahnya.
Akhirnya, meski harus mengorbankan begitu banyak sertifikat prestasi, termasuk SNMPTN dan beasiswa yang tak jadi masuk meja universitas impian, Anis akhirnya mantap memilih Jalan Panjang Ahlul Qur'an.
Perjalanan menghafal Kalamullah bagi Anis tak semulus aspal dan tak setenang danau. Ia sempat merasa minder dengan yang lain karena ilmunya masih kurang dibanding yang lain. Hingga akhirnya, ia menemukan seorang panutan yang mengembalikan semangatnya yang sempat kendur.
Mengejar ketertinggalan, Anis mempelajari ilmu tajwid dengan temannya dan mulai mencicil hafalan sebagai bekal hafalan. Pada pertengahan fase tilawah, Ma'had mengadakan program akselerasi dan ia lolos dalam tes tersebut.
Menjalani hari dengan Program Akselerasi bukanlah hal yang mudah. Ia harus banyak mengorbankan waktu, perasaan dan pikirannya agar tetap terfokus. Tak jarang ia sakit karena kelelahan. Namun semangat juang yang tinggi dan keyakinan yang melangit pada Allah lah yang membuatnya bertahan.
Beberapa hari sebelum ia menyelesaikan hafalannya, Allah mengujinya dengan penyakit yang memaksanya terbaring lemah diatas kasur. Pun demikian, Anis terus berusaha mengejar hafalannya meski tertatih-tatih.
Alhamdulillah. Dengan Rahmat dan Rahim-Nya, pada hari Ahad, 12 Mei 2019, Anis mengkhatamkan Al-Qur'an yang disaksikan langsung oleh para Santri dan Asatidz, juga oleh Mudir Ma'had.
Subhanallah, walhamdulillah. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan keistiqomahan untuk Anis juga kepada orang tua yang terus berdoa tiada henti, dan para Asatidz yang selalu membimbing. Dan semoga pahala Qur'an terus mengalir kepada para donatur dan muzakki yang telah menyisihkan sebagian hartanya untuk program ini.
Anis Aliya Azrifatin, Al-Hafizhah